Apakah Enrique menekan rem karena Jin Rak? Bukan, rupanya ada seorang pengendara sepeda mendadak melintas di depan mobilnya. Refleks ia mengulurkan tangan ke arah Dok Mi untuk mencegah Dok Mi terlonjak ke depan. Sementara itu Jin Rak terbatuk-batuk karena terlalu keras berteriak.
Menyadari tangan Enrique berada di depan dadanya, Dok Mi melirik Enrique. Enrique buru-buru menurunkan tangannya dan menjalankan mobilnya kembali.
Dong Hoon menghampiri Jin Rak dan dengan khawatir menepuk- nepuk punggungnya. Ia pikir para petugas benar-benar memindahkan barang-barang mereka. Ia meminta Jin Rak jangan khawatir, hal seperti ini tidak akan terjadi lagi. Webtoon mereka pasti sukses. Fighting!!
“Aku yang pertama. Aku yang pertama kali mengenalnya,” kata Jin Rak terengah-engah. “Memangnya siapa dia?!! Mengapa semuanya berjalan mudah bagi si brengsek itu?!” serunya pada Dong Hoon. Dong Hoon terkejut. Jin Rak menyadari ia telah berteriak pada Dong Hoon dan sesaat merasa tak enak hati.
Enrique mengendarai mobil dengan wajah sumringah sementara Dok Mi terlihat putus asa.
Setelah kembali ke apartemen mereka, barulah Dong Hoon bertanya mengapa Jin Rak tadi sangat marah. Ia pikir ia akan mendapat malu sepanjang perjalanan pulan. Ia bertanya apa masalahnya. Jin Rak duduk membisu dengan wajah kesal.
“Apakah Enrique penyebabnya? Mengenai Zombie Soccer? Tapi memang dia lebih dulu membuatnya, tak mungkin dia mengeluarkan karakter itu hanya dalam waktu 1-2 bulan.”
“Jangan bicarakan aku dan Enrique dalam satu kalimat.”
Dong Hoon yang tidak tahu menahu permasalahannya malah menyiram api pada minyak yang sudah panas. Ia bertanya-tanya apa Dok Mi dan Enrique benar-benar berpacaran.
“Diam,” sergah Jin Rak galak. Dong Hoon langsung terdiam. Duh ni orang kadang pengamat yang baik tapi kadang clueless >,<
Akhirnya Dok Mi mengumpulkan keberaniannya dan menyuruh Enrique menghentikan mobilnya. Apapun alasannya tidak benar jika mereka pergi bersama.
“Nenekmu sedang dalam bahaya. Mengapa berkata seperti itu?”
“Apa aku bilang nenek dalam bahaya?” tanya Dok Mi bingung. “Rasanya aku tidak berkata seperti itu.”
“Selalu berbahaya jika yang sakit orang lanjut usia. Kita harus baik pada mereka dan memperlakukan mereka dengan baik. Waktu tidak menunggu siapapun,” kata Enrique.
Dok Mi terdiam. Ia lalu mendapat ide. Ia berkata ia hanya membawa ponsel, lupa membawa uang dan dompetnya (padahal dompetnya juga kosong). Ia menyarankan untuk kembali. Tapi Enrique berkata Dok Mi boleh menggunakan uangnya. Mereka sedang bergegas, jadi untuk apa kembali. Pokoknya nonstop hingga ke tujuan.
Dok Mi speechless.
Dong Hoon bertanya apakah Jin Rak tadi benar-benar marah padanya. “Ada apa denganmu akhir-akhir ini? Walau aku tahu kau memang sering mengumpat tapi kau tak pernah benar-benar berteriak marah padaku seperti tadi. Itulah sebabnya dunia sudah miring. Saat semua hal tak berjalan baik dan ada masalah keuangan, orang-orang jadi dipenuhi kemarahan,” katanya berusaha menghibur.
Jin Rak menatap Dong Hoon karena mengoceh tiada henti. Untungnya kali ini Dong Hoon sadar dan pergi meninggalkan Jin Rak sendirian.
Do Hwi dan trio bulu memeriksa kotak pos penghuni para apartemen itu. Ia mencari seseorang bernama Oh Jae Won (sepertinya ini nama orang yang dicari Do Hwi sebelumnya hingga ia muncul di apartemen ini). Bukannya menemukan Oh Jae Won, Do Hwi malah menemukan surat yang ditujukan pada Dok Mi.
Ia kesal saat menyadari Dok Mi telah berbohong padanya. Dok Mi memang tinggal di apartemen ini.
Dong Hoon melangkah keluar dari lift dan bersiul melihat empat wanita berdiri di hadapannya. Do Hwi langsung memasang gaya anggun.
Dong Hoon mengenali Do Hwi. Do Hwi juga, ia membungkuk dan berterima kasih dengan sangat sopan. Trio bulu langsung ingin muntah melihatnya.
Dong Hoon bertanya ada apa Do Hwi datang ke sini. Do Hwi mengaku temannya tinggal di apartemen 402. Dong Hoon berkata apartemennya nomor 401 dan menganggap itu sebuah takdir. Dok Mi menunduk malu. Sementara trio bulu berseru genit mendengar kata-kata manis Dong Hoon yang mereka anggap keren. Tatapan mata Do Hwi dengan segera membungkam mereka.
“Kalau begitu pria yang semalam…omo, aku bahkan belum mengetahui namamu. Aku Cha Do Hwi,” Do Hwi memonyongkan bibirnya seperti bersiul.
“Aku Yoon Dong Hoon,” balas Dong Hoon memonyongkan bibirnya.
Do Hwi menatap Dong Hoon penuh arti. Akhirnya Dong Hoon mengerti dan memberitahu nama Jin Rak. Oh Jin Rak. Do Hwi tertegun.
Satpam muncul dengan pakaian formal, lengkap dengan sarung tangan hitam. Kok kaya mafia >,< Dong Hoon bertanya mengapa satpam berdandan seperti ini. Satpam berkata ia adalah kupu-kupu di padang bunga (sambil melirik trio bulu).
“Aku baru saja mendapat telepon saat di toilet. Nenekku sudah membaik dan sekarang pergi ke spa,” kata Dok Mi. Ia tidak sedang berbicara dengan Enrique, melainkan sedang melatih kebohongan selanjutnya agar Enrique tidak berkeras mengantarnya ke rumah nenek (btw, nenek Dok Mi belum tentu masih ada juga kan?).
Saat Dok Mi sedang memikirkan kata-kata apa yang hendak ia sampaikan pada Enrique, ia mendengar seorang gadis menelepon pacarnya dan mengaku sedang berada di perpustakaan belajar seharian. Dok Mi kaget. Wong mereka lagi di tempat peristirahatan dan gadis itu jelas bukan sedang belajar.
Gadis itu merayu pacarnya dengan kata-kata yang kemanisan. “Setiap kali aku melihat wajah oppa, aku merasa tak memerlukan apapun lagi di dunia ini…” Uhuk…uhuk…Dok Mi sampai bengong melihatnya.
Lebih speechless lagi ketika gadis itu menelepon pacar berikutnya dan mengaku sedang bersama orangtuanya. Padahal tak lama kemudian seorang pemuda menemui gadis itu. Pemuda itu panik karena si gadis lama banget di toilet. Ia bertanya siapa yang barusan ditelepon gadis itu. dan gadis itu pun melancarkan rayuan mautnya, “Setiap saat aku melihat wajah oppa, aku merasa tak memerlukan apapun lagi di dunia ini…Hanya oppa yang kuperlukan. Itulah yang kupikirkan setiap kali melihat oppa.” Hueekks…
Tapi Dok Mi merasa ia juga pembohong seperti gadis itu. Karena itu ketika Enrique menghampirinya dan hendak mengakui sesuatu, Dok Mi buru-buru mengaku duluan.
“Nenekku baik-baik saja (berarti masih hidup dong^^). Aku berbohong padamu karena aku tidak ingin pergi. Sekali aku berbohong, kebohongan itu semakin besar,” ujar Dok Mi sambil memejamkan matanya. “Aku minta maaf.”
Enrique menatap Dok Mi dengan sedih. Dok Mi berkata Enrique berhak marah. Enrique boleh marah hingga merasa lebih baik. Dok Mi lagi-lagi minta maaf.
“Kalau begitu kita bisa kembali,” kata Enrique, tak nampak marah sama sekali (atau ia tak tahan dengan permintaan maaf Dok Mi?). “Aku juga memiliki pengakuan. Aku begitu gugup membaca sms bohongmu tentang nenekmu yang sakit hingga aku keluar begitu saja dengan kunci mobil. Aku tak membawa uang sepeserpun. Aku merasa lapar dan mobilnya juga lapar. Apa yang harus kita lakukan?”
“Aku minta maaf. Ini semua salahku.”
“Jika kau minta maaf sekali lagi kurasa aku benar-benar akan marah.”
Dok Mi menunduk, tak enak hati. Enrique tersenyum dan berkata bagaimana jika mereka menyelesaikan masalah mereka sekarang.
Dok Mi melihat Enrique menyapa para gadis. Enrique bertanya pada para gadis itu apakah mereka mempunyai pacar. Para gadis itu menjawab tidak. Enrique berjanji akan memperkenalkan para gadis itu dengan teman-temannya jika mereka memberinya 10 ribu won.
Dok Mi malu melihatnya, tapi Enrique ternyata berhasil. Ia mendapat uang setelah berfoto dengan para gadis itu. Sikap riang Enrique membuatnya mudah disukai orang-orang dan mereka mau memberikan uang untuk Enrique. Dok Mi mau tak mau tersenyum juga.
Apalagi ketika ia melihat Enrique bercanda dengan seorang anak kecil, Dok Mi nampak tersentuh dan melihat Enrique dengan pandangan lain. Saat mata mereka bertemu, Dok Mi buru-buru mengalihkan pandangannya dan menunduk malu.
Hanya saja sesuatu hal membangkitkan kenangan buruk Dok Mi. Seorang siswi tak sengaja menyenggol Dok Mi. Lalu serombongan siswi menerobos masuk sambil mengomel Dok Mi telah menghalangi jalan mereka. Mereka menyuruh Dok Mi minggir dan menatap Dok Mi dengan pandangan sebal.
Kilas balik:
Dok Mi dikepung teman-teman sekolahnya. Miris deh nyebut mereka teman >,< Tampaknya mereka marah karena mengira Dok Mi telah mendorong Do Hwi dengan sengaja, lalu mereka ramai-ramai menyalahkan Dok Mi. Sementara itu Do Hwi diam-diam tersenyum. (mulai tak suka dengan wanita satu ini >,<)
Enrique menemukan Dok Mi duduk sendirian di luar. Ia melihat Dok Mi sangat murung dan bertanya apakah Dok Mi baik-baik saja. Dok Mi berkata ia baik-baik saja lalu mengajak Enrique pergi. Enrique melihat Dok Mi sepertinya tidak dalam keadaan baik dan mengajaknya makan sesuatu yang hangat dan menghangatkan diri terlebih dulu.
“Kubilang aku ingin pulang! Sekarang!” Dok Mi setengah berteriak. Enrique tertegun melihat “ledakan” Dok Mi sementara Dok Mi gemetar menahan kekalutannya.
Dong Hoon menanyakan pendapat Jin Rak mengenai gambarnya. Ia menanyakannya melalui chatting. Jin Rak menjawab ia tak suka dan menyuruh Dong Hoon menggambar lagi. Padahal setelah Jin Rak melihat gambar Dong Hoon, ia bertanya-tanya mengapa Dong Hoon bisa menggambar sebagus ini. Dong Hoon kan kerjanya bermain terus semalaman.
Suasana hati Jin Rak jelas belum membaik. Tapi ketika ia melihat catatan Dok Mi mengenai tips menghemat biaya perawatan, ia tersenyum lembut. “Tulisannya pun sangat cocok dengannya,” gumamnya.
Enrique dan Dok Mi naik ke mobil. Dok Mi meminta maaf karena bersikeras pulang padahal Enrique lapar.
“Bisakah kau berhenti meminta maaf?” tanya Enrique.
Ia lalu memasangkan safety belt pada Dok Mi. Dok Mi jengah karena wajah Enrique sangat dekat dengannya. Lalu Enrique memiringkan jok mobil agar Dok Mi bisa tidur. Ia sendiri nampak cuek dengan kedekatannya pada Dok Mi. Mungkin karena ia besar di luar negeri, ia lebih bersikap bebas dari orang Korea umumnya. Tapi yang pasti sikapnya penuh perhatian. He’s a gentleman ;)
Dok Mi tertidur. Tapi dalam tidurnya pun ia terlihat tegang. Jari-jarinya saling bertaut dengan kencang dan dahinya berkerut. Enrique melihatnya. Ia teringat “ledakan” Dok Mi saat berkeras pulang tadi, tatapan Dok Mi ketika ia mneyebutnya penjaga gawang, juga Dok Mi yang gemetar sebelum pingsan. Enrique berpikir sejenak lalu membelokkan arah mobilnya.
Jin Rak membuka pintu. Do Hwi menoleh dengan gaya dibuat-buat. Jin Rak menatapnya dengan tatapan “makhluk apa ini?”
“Omo, aku memencet bel yang salah,” Do Hwi pura-pura terkejut. “Ini 401? Aku minta maaf.”
Jin Rak langsung menutup pintunya. Do Hwi buru-buru mengulurkan kakinya dan berteriak kesakitan karena terjepit pintu. Jin Rak bertanya apakah Do Hwi tak apa-apa.
Do Hwi berkata ia tidak apa-apa. Ia bertanya apakah mereka pernah bertemu. “Aku ingat! Kau membantuku semalam, saat hak sepatuku patah,” kata Do Hwi genit. Ahjumma genit aja kalah genitnya sama Do Hwi…parah banget ~,~
Jin Rak bengong. “Apa kau tak ingat?” tanya Do Hwi. “Aaaahhh, ya.” Jawab Jin Rak singkat. Hehe…bakalan cape nih si Do Hwi…3 kalimat dibalas 1 kata XD
Do Hwi tak punya alasan lagi untuk berlama-lama bicara dengan Jin Rak. Ia berkata akan ke apartemen 402 dan berbalik pergi. Mendengar nomor apartemen Dok Mi, Jin Rak langsung menahan Do Hwi. Do Hwi girang bukan main.
Jin Rak terlalu kencang menarik Do Hwi hingga Do Hwi jatuh ke pelukannya…errr gaya gone with the wind gitu deh^^ Do Hwi memonyongkan mulutnya. Sedangkan Jin Rak? Lihat saja sendiri :
Jin Rak buru-buru melepas Do Hwi. Do Hwi masih saja memonyongkan mulutnya. Jin Rak bertanya apakah Do Hwi datang untuk mencari 402. Do Hwi tersadar dari angan-angannya dan mengiyakan.
Dok Mi bangun dari tidurnya dan melihat sekelilingnya dengan heran. Kalau ada yang dejavu dengan Nice Guy, jangan berharap melihat Maru duduk dengan keren di tembok ya^^ yang ada adalah:
Enrique menatapnya dan tersenyum polos. Ia meminta maaf, sepertinya ia salah memasukkan alamat dalam GPS. Dok Mi terpana tak mampu berkata-kata.
“Bagaimana bisa dalam dunia yang luas ini, kau dan aku tersesat ke sini. Rasanya seperti hanya ada kita berdua yang tinggal dalam dunia ini,” kata Enrique.
Rupanya mereka berhenti di pantai. Mata Dok Mi berkaca-kaca melihat pantai yang indah dan lautan yang luas seakan tak bertepi. Ia turun dari mobil dan berjalan menuju pantai.
Enrique bertanya-tanya mengapa Dok Mi tak mengucapkan sepatah katapun. Ia merasa sikap Dok Mi seperti seseorang yang baru melihat laut untuk pertama kalinya. Maybe she is…
Enrique berlari menghampiri Dok Mi. Melihat Dok Mi begitu terpesona dan terharu melihat pemandangan di depannya, Enrique tak tega mengganggunya. Perhatiannya segera teralihkan pada mainan pembuat istana pasir.
Dok Mi lama berdiri memandangi lautan. Saat ia menoleh, ia melihat Enrique sibuk membuat istana pasir. Ia melihat-lihat ketika istana pasir itu sudah jadi. Wah besar banget istananya^^
Enrique hendak memfoto Dok Mi bersama istana pasirnya. Saking bersemangatnya, tanpa sadar ia terus berjalan mundur mendekati air. Dok Mi hendak memperingatkannya, tapi terlambat…Enrique terjatuh ke air. Brrr…padahal lagi dingin banget tuh.
Sementara itu Do Hwi diminta Jin Rak menelepon Dok Mi. Do Hwi berkata Dok Mi tak mengangkat teleponnya. Jin Rak berkata Do Hwi menutup telepon terlalu cepat. Mungkin saja Dok Mi belum sempat mengangkat teleponnya, atau mungkin teleponnya belum sempat berdering.
“Sudah berdering 3 kali,” kata Do Hwi kesal. Ia berkata ia berharap dapat memberi kejutan pada Dok Mi jadi ia tak meneleponnya sebelum datang. Jin Rak menanyakan lagi nama Do Hwi.
Enrigue dan Dok Mi pergi ke warung terdekat. Enrique menyapa kakek pemilik warung dan bertanya apakah ada toko besar di dekat sini. Enrique mengkhawatirkan kameranya yang jatuh ke air. Tapi Dok Mi justru mnegkhawatirkan Enrique. Sepatu Enrique basah, bisa-bisa kakinya membeku. Enrique tersenyum dan menghentak-hentakkan kakinya, ia berkata ia tidak apa-apa.
Enrique hendak meminjam handuk pada si kakek. Pengering rambut lebih bagus lagi. Kakek itu menoleh sebentar lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. Ia tidak menjawab. Enrique pikir kakek itu tak mengerti bahasa inggris atau tuli.
Dok Mi mengamati kakek itu dengan teliti. Ia tersadar lalu berbisik pada Enrique, “Nenek. Ia seorang nenek.”
“Ah nenek! Nenek cantik sekali! Dengan topi dan sebagainya…” LOL^^
“Aku punya pengering dan handuk. Aku punya keduanya. Kamera itu juga bisa dikeringkan jika tidak terendam, jadi jangan khawatir. Tapi kau mungkin harus makan dulu. Itu keharusan di sini,” kata Nenek.
Enrique muncul dengan celana ahjumma dan kaus kaki pink. Lalu ia bergaya bak model. Dok Mi mau tak mau tersenyum geli.
“Kau senyum…kau senyum,” kata Enrique senang, “Wah, pakaian ini nyaman sekali.”
Dok Mi memasang wajah serius lagi. Enrique mengambil kimchi dan memakannya. Dok Mi menyadari ia pun lapar. Enrique memperhatikannya dengan serius. Dok Mi makan kimchi dengan…..ubi rebus. Hmmm..ini kebiasaan di sanakah? Ubi manis sama kimchi yang pedes asem kok nyambung ya? Kaya nano-nano..rame rasanya.
Enrique mengikuti cara makan Dok Mi. Ia sampai terharu karena rasanya sangat enak. Dok Mi bersikap cuek sampai ia melihat Enrique membuka makguli (arak beras). Ia melarang Enrique minum karena Enrique harus mengemudi. Enrique mengangguk pasrah.
“Oh!” katanya terkejut. Saat Dok Mi menoleh, ia cepat-cepat menuangkan makguli dan meminumnya. Dok Mi memandangnya seperti seorang ibu yang baru saja memergoki anaknya berbuat nakal. Senyum di wajah Enrique menghilang.
Dok Mi mengambil botol itu dari meja. Tapi melihat wajah Enrique yang sedih, ia jadi tak tega dan menaruh kembali botol itu di meja. They’re so cute^^
“Kilatan di matamu itu….sepertinya kau sedang mengasihaniku saat ini,” ujar Enrique. Dok Mi tak menjawab. Enrique kembali menuang makguli dan meminumnya.
“Ahjumma, walau Tae Joon nampak sempurna dari luar, tapi sebenarnya dia tak sesempurna yang terlihat. Contohnya, dia agak pelit. Cinta tak berbalasmu tidaklah sesempurna itu. dia hanya orang biasa.”
“Berhentilah menyebut cinta tak berbalas. Aku menganggapnya sebagai perasaan yang aku mulai sendiri dan aku sendiri yang mengakhirinya. Rahasia yang tak diketahui siapapun. Sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan cinta pertamamu,” kata Dok Mi.
Enrique berkata perasaan Dok Mi tidak serahasia itu, buktinya ia bisa mengetahuinya. Dok Mi bertanya bagaimana Enrique bisa tahu.
“Karena sama. Caraku melihat Seo Young dan caramu melihat Tae Joon sangat mirip. Karena itu aku tahu.”
Dok Mi terdiam. Enrique berkata hal seperti ini tidak bisa disembunyikan hanya karena Dok Mi menginginkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar