Dok Mi terpana melihat Tae Joon. Enrique memperkenalkan Dok Mi sebagai ahjumma yang tinggal di apartemen seberang.
“Sekarang kami berteman,” kata Enrique sambil menepuk pundak Dok Mi dengan akrab. Dok Mi tersadar dan menunduk, tidak lagi berani menatap Tae Joon.
“Hei, apa maksudnya ahjumma?” tegur Tae Joon. Ia menyapa Dok Mi dengan ramah dan memperkenalkan namanya. Dok Mi yang seharusnya memperkenalkan diri, malah diam membisu. Enrique menyikutnya.
“Aku…baru saja akan pergi,” ujar Dok Mi gugup.
“Hei ahjumma, kau harus balas memperkenalkan diri jika ada orang yang memperkenalkan dirinya. Dia ini super pemalu,” ujar Enrique.
“Namaku….Go Dok (kesepian)….Go Dok (kesepian)…Go Dok Mi,” kata Dok Mi dengan susah payah.
Enrique mengumumkan Dok Mi akan ikut makan malam bersama mereka. Tae Joon dengan senang hati mengundang Dok Mi karena pasta buatan Enrique sangat enak. Enrique teringat kalau ia belum memperkenalkan dirinya secara resmi pada Dok Mi.
“Namaku Enrique. Marga Koreaku Geum. Enrique Geum,” Enrique menjelaskan dengan bersemangat. Tapi Dok Mi terlalu terpaku melihat Tae Joon yang berdiri di hadapannya hingga ia diam saja.
“Ada apa denganmu, ahjumma? Biasanya jika orang mendengar namaku, mereka berkata: ‘Oh, nama luar negeri! Oh bagus sekali! Apa kau imigran? Kau berasal dari mana?’ Aku biasanya dihujani dengan banyak pertanyaan. Bagaimana bisa kau tak merespon seperti ini?” Enrique lagi-lagi menyikut Dok Mi. Dok Mi diam membisu.
Tae Joon memeriksa Dok Mi. Melihat wajah Tae Joon sangat dekat dengannya, Dok Mi gugup dan tak berani memandang Tae Joon yang sedang mencoba memeriksa matanya. Akhirnya ia tak tahan lagi dan berkata kalau ia baik-baik saja.
“Apa maksudnya baik-baik saja? Tadi wajahnya menjadi sangat pucat dan jatuh pingsan,” protes Enrique. Hehe…Enrique dengan antengnya duduk di dekat kaki Dok Mi^^
Dok Mi tak bisa membantah. Tae Joon memeriksanya lagi. Enrique meminta Tae Joon memeriksa dengan teliti karena Dok Mi adalah temannya.
Terdengar bunyi bel. Wajah Enrique berubah suram. Ia berkata Seo Young datang, lalu ia pergi membuka pintu. Tae Joon sempat terdiam saat mendengarnya, tapi ia kembali memeriksa Dok Mi seakan tak apa-apa. Ia menyuruh Dok Mi menjulurkan lidah. Dok Mi tanpa sadar menutup mulutnya.
“Kkae Geum!” sapa Seo Young.
“Kkae Geum? Kau tidak akan memanggilku sayang kecuali jika nyawamu terancam, iya kan?” sindir Enrique.
“Dasar gila, di mana Oppa Tae Joon? Apa dia sudah pulang?” tanya Seo Young bersemangat sambil menyerahkan semua barang bawaannya pada Enrique. Enrique mengedikkan kepala ke arah Tae Joon. Seo Young langsung masuk, tak menyadari wajah Enrique yang terlihat kecewa.
Tapi kegembiraan Seo Young menghilang saat melihat Tae Joon sedang asyik berdekatan dengan seorang gadis. Ia mengira Tae Joon sedang berusaha mencium Dok Mi.
Tae Joon: Jangan seperti itu, aku akan melakukannya dengan cepat.
Dok Mi (malu-malu) : Ah tidak, aku tidak apa-apa.
Tae Joon (membujuk): Sekaliii saja….
Dok Mi (malu-malu menutup mulutnya): Ah tidak…
Well, memang dengan mudah bisa menimbulkan kesalahpahaman ;)
Dengan marah Seo Young menghampiri mereka.
“Bagaimana bisa pemilik rumah begitu tak sopan?! Ini pertama kalinya aku melihatmu dalam setahun ini. Tidak bisakah kau melihat wajah tamumu sedikit saja? Sambutan seperti apa ini?” semburnya.
Enrique tak kaget dengan sikap Seo Young. Ia sudah sangat mengenalnya. Tae Joon dengan tegas berkata Seo Young bukanlah tamu, tapi hanya teman adiknya (Enrique). Hmm..jadi Tae Joon tak menganggap Seo Young? Atau untuk menjaga perasaan Enrique?
“Dok Mi-sshi, ini adalah teman Enrique. Namanya…” kata Tae Joon.
“Namaku Yoon Seo Young. Anggap saja aku teman Kkae Geum. Lalu apa kau teman Han Tae Joon?” potong Seo Young dengan nada menuduh.
“Dia temanku. Dia tinggal di seberang dan baru pertama kali bertemu kakak (Tae Joon). Dia datang untuk diperiksa karena tadi jatuh pingsan, dasar bom,” Enrique menjelaskan.
Seo Young mengkerut dengan perasaan bersalah. Tae Joon menasihati agar Dok Mi pergi memeriksakan diri karena pingsan bisa saja berbahaya. Ia menawarkan Dok Mi datang ke rumah sakitnya.
“Aku minta maaf, a---aku….” Seo Young membungkukkan badan pada Dok Mi. Enrique berkata sikap Seo Young memang jelek.
Dok Mi sedikit kaget. Mungkin ia terbiasa diperlakukan seenaknya hingga tak menyangka ada orang yang meminta maaf. Ia berkata tidak apa-apa dan pamit hendak pergi. Tapi Seo Young menahannya.
“Jika kau pergi seperti ini, mereka akan memarahiku. Tinggallah untuk makan malam. Walau aku memberi kesan pertama yang tidak baik, aku sebenarnya tidak seburuk itu setelah kau mengenalku.”
Dok Mi berkata ia tidak datang untuk makan malam. Ia bangkit berdiri dan berjalan pergi. Tapi Enrique menghalanginya dan berdiri sangat dekat dengan Dok Mi (hampir seperti memeluk), membelakangi Tae Joon dan Seo Young.
“Jangan pergi, ahjumma,” ujarnya pelan. Dok Mi menoleh menatap Enrique, heran dengan ekspresi Enrique yang serius tidak seperti biasanya.
“Kumohon bantu aku,” bisik Enrique.
Jin Rak berdiri tak jauh dari gedung apartemen. Rupanya tadi ia juga melihat Dok Mi jatuh pingsan di samping Enrique. Tanpa ia sadari, Do Hwi sedang mengamatinya dan dengan sengaja mematahkan hak sepatunya.
Dong Hoon dan Ryu menghampiri Jin Rak yang masih melamun. Dong Hoon mengajak Jin Rak memukul (makan) sup dan nasi.
“Menyetrika nasi dan sup? Bagaimana caranya?” tanya Ryu.
“Bukan menyetrika, tapi memukul…itu adalah ungkapan populer di Korea. Apa kau tahu apa bahasa Inggrisnya? Hit and eat! Berima, kan?” ujar Dong Hoon. (karena eat dan hit kalau diucapkan mengeluarkan bunyi yang sama, maka orang Korea menyebut ‘makan’ dengan ‘memukul’)
Ryu tampak masih bingung. Jin Rak memukul kepala Dong Hoon. “Ini namanya ‘hit’,” kata Dong Hoon santai. Ryu langsung ngerti. Heh? Aku aja masih bingung >,<
Mereka bertiga berjalan bersama untuk pergi makan malam. Tiba-tiba Do Hwi menghampiri mereka. Ia berjalan tertatih-tatih karena sebelah hak sepatunya patah. Ia pura-pura meminjam ponsel karena ponselnya hilang.
Pinjamnya sih sambil menatap Jin Rak tapi Dong Hoon langsung menyodorkan ponselnya. Terpaksa Do Hwi mengambilnya. Ia pura-pura menelepon lalu beralasan ponsel temannya dimatikan. Jin Rak melihatnya dengan curiga.
Dong Hoon berkata Do Hwi sedang sial, hak sepatu patah dan ponsel hilang. Do Hwi membantah, ia sebenarnya bernasib baik. Ia mengaku baru saja menyelamatkan seekor kucing. Walau hak sepatunya patah, yang penting kucingnya selamat. Ia mengatakan itu untuk mengambil hati Jin Rak.
Dong Hoon memuji Do Hwi cantik luar dalam. Ia bertanya apa yang bisa mereka lakukan untuk Do Hwi. Do Hwi berkata sepatunya harus diperbaiki karena menurut ramalan cuaca sebentar lagi akan turun salju. Dong Hoon tertawa, ramalan cuaca sering meleset dan orang menonton prakiraan cuaca hanya karena penyiarnya yang cantik.
Jin Rak nampak tak tertarik dan mulai berjalan. Do Hwi pura-pura kehilangan keseimbangan dan berpegangan pada Jin Rak. Jin Rak kaget. Do Hwi pura-pura malu dan melepaskan diri, tapi berkali-kali ia pura-pura terjatuh hanya agar bisa berpegangan pada Jin Rak.
Dok Mi membantu Enrique memasak. Seo Young mengajak Tae Joon mengobrol. Tae Joon membawakan vas untuk bunga yang dibawa Seo Young. Seo Young berkata ia membeli bunga itu di toko bunga dekat rumah sakit tempat Tae Joon bekerja.
Pegawai bunga di toko itu mengenal Tae Joon karena Tae Joon sering membeli bunga di sana. Seo Young mengaku ia memperkenalkan diri sebagai pacar Tae Joon pada penjual bunga itu. Ia juga mengaku Tae Joon sering membeli bunga yang sama karena ia yang menyukai bunga-bunga itu.
Enrique dan Dok Mi mendengar perkataan Seo Young dan hati mereka mencelos. Namun dengan segera Enrique menutupi kesedihannya dan menyuruh Dok Mi kembali memasak.
Jin Rak, Dong Hoon, dan Ryu mengantar Do Hwi di tempat tujuan. Do Hwi berterima kasih berkali-kali. Jin Rak langsung berjalan pergi. Dong Hoon tertawa begitu turun salju. Kali ini prakiraan cuacanya benar.
“Yuki! Yuki…Yuki (salju),” kata Ryu senang.
“Apa itu nama pacarmu?” tanya Dong Hoon cuek. LOL^^
“Yuki!” Ryu bersikeras menunjuk ke langit. Mereka berdua bergegas menyusul Jin Rak, tanpa mempedulikan Do Hwi lagi.
Do Hwi kesal karena rencananya gatot…gagal total. Tahukah di mana mereka meninggalkan Do Hwi? Di tukang reparasi sepatu. Dan tanpa ragu tukang sepatu menyodorkan sepasang sandal ‘ahjusshi’ untuk dipakai Do Hwi selama sepatunya diperbaiki. Do Hwi langsung ketakutan melihat sandal yang dekil itu.
Di rumah Tae Joon, makan malam berlangsung dalam keheningan. Dok Mi makan sedikit-sedikit sambil diam-diam sesekali melirik Tae Joon. Tiba-tiba Seo Young berseru.
“Ada apa? Apa tidak enak?” tanya Enrique.
“Enak sekali!” Seo Young mengacungkan jempolnya. Ia berkata seharusnya Enrique membuka restoran di Korea daripada kembali ke Spanyol. Alasannya, jika Enrique kembali ke Spanyol, Tae Joon tidak akan mau menemuinya lagi. Tae Joon hanya diam dengan wajah murung.
Enrique beralih pada Dok Mi. Ia bertanya mengapa Dok Mi tidak bereaksi apapun atas masakannya. Enakkah?
Dok Mi malah tersedak dan langsung menenggak wine-nya sampai habis. Tae Joon terlihat khawatir. (Errr….jangan coba-coba menenggak wine begitu saja. Akan terjadi kasus memalukan jika kau muntah di meja makan. Apalagi saat makan malam dengan calon mertua…not cool at all >,< *pengalamanpribadi*)
“Mengapa kau terus memanggilnya ‘ahjumma’?” tanya Seo Young (dalam bahasa banmal), “Padahal ia masih….sangat muda.” Ia menjelaskan kalau ia tidak bisa berbicara bahasa formal dengan baik karena ia sedikit urakan. Ia ingin tahu bagaimana Dok Mi dan Enrique bertemu.
Enrique berkata mereka baru beberapa kali bertemu tapi rasanya seperti adegan tiga drama dijadikan satu setiap kali mereka bertemu. Thriller (misteri), erotis (mengintip), dan medical (pingsan)…atau mungkin selanjutnya melodrama? (heeee…melodrama kan banyak adegan romantisnya XD)
Dok Mi langsung tersedak lagi. Kali ini Tae Joon menyodorkan segelas air putih karena lebih baik dari wine (setuju!!). Dok Mi meminum air putihnya lalu melirik Tae Joon. Tanpa sadar ia tersipu dengan perhatian Tae Joon dan senyum-senyum mengamati air putihnya. Enrique mengamati reaksi Dok Mi.
Seo Young cemburu. Ia bertanya apakah Dok Mi merasa tak nyaman atau memang kepribadian Dok Mi seperti ini. Ia merasa gaya Dok Mi sangat membuat frustrasi.
“Ada apa dengan nada bicaramu sejak kau masuk ke sini?” tegur Tae Joon, “Apa yang kaulakukan selama 2 tahun terakhir ini hingga menjadi seperti itu?” Wuih….Tae Joon galak lho kalau sama Seo Young, sama Enrique aja ngga segalak itu…and I think she deserves it ;)
Enrique membela Seo Young. Jika Tae Joon begitu ingin tahu seharusnya Tae Joon menemui Seo Young sejak dulu, padahal Tae Joon tahu betul Seo Young datang ke Korea untuk mencarinya. Seo Young balas membela Tae Joon dan meminta maaf pada Dok Mi.
Dong Hoon mengungkapkan kecurigaannya pada Jin Rak mengenai Do Hwi. Jin Rak malah tak curiga sama sekali. Mereka pergi ke restoran tempat Ryu diterima bekerja.
Sambil menunggu makanan datang, Dong Hoon menjelaskan kecurigaannya. Ia melihat semua barang yang dikenakan Do Hwi (dompet, tas, gaun, anting) adalah trend fashion terkini. Huaaaa…Jin Rak sampe terkagum-kagum dengan pemahaman Dong Hoon mengenai wanita.
“Wanita yang begitu menyukai fashion terkini, tidakkah aneh jika ia mengenakan sepatu dari trend beberapa musim lalu? Itu adalah pendekatan terencana untuk mendekatimu dan memikat….,” Dong Hoon tiba-tiba tersadar, “Itukah yang ia lakukan? Kenapa? Aku kan berdiri di sampingmu? Orang secantik itu?” Maksudnya kenapa Do Hwi lebih tertarik pada Jin Rak padahal dia berdiri di samping Jin Rak.
“Cantik? Siapa yang cantik? Seleramu pada perempuan benar-benar payah…sangat payah,” ujar Jin Rak.
“Memangnya wanita dari apartemen 402 yang kau sebut cantik? Tidak mungkin….” Dong Hoon tertawa. Ia lalu teringat melihat Apartemen 402 (Dok Mi) bergandengan tangan dengan Enrique dan pergi. Ia bertanya-tanya apa yang mereka lakukan? Apa mungkin dari saling mengintip menjadi saling menatap? Mungkin saja saat saling mengintip dengan teropong, pandangan mata mereka bertemu dan percikan mulai tersulut dan jantung berdebar-debar. Wah Dong Hoon gosip nih^^
Jin Rak jadi kesal. Ia bertanya apakah Dong Hoon hanya bisa berpikiran kotor seperti itu. Sebaiknya Dong Hoon bekerja dengan baik atau ia akan mengusirnya. Dong Hoon heran mengapa tiba-tiba Jin Rak emosi. Untunglah Ryu datang membawakan makanan mereka.
Makan malam di apartemen Tae Joon telah selesai. Dok Mi dan Seo Young membantu membereskan meja. Tae Joon bertanya kapan Enrique kembali ke Spanyol. Enrique menjawab 2-3 bulan, ia sendiri belum tahu.
“Saat Kkae Geum kembali, kau juga harus kembali,” kata Tae Joon pada Seo Young.
“Berhentilah memasangkan aku dengan Kkae Geum, kami hanya teman. Kami tidak ada hubungan apa-apa!” seru Seo Young. Dok Mi memperhatikan ekspresi Enrique yang nampak terluka.
“Apa kau benar-benar ingin aku pergi? Kau ingin aku pergi? Ingin aku menghilang dari hadapanmu?” tanya Seo Young dengan mata berkaca-kaca. Tae Joon tak mampu menjawab.
Praaaang!! Piring di tangan Dok Mi meluncur ke lantai dan pecah berantakan. Semua terdiam dan menoleh. Dok Mi berjongkok untuk membereskan.
“Ahjumma, biarkan saja. Nanti kau terluka,” kata Enrique pelan.
Dok Mi tetap memunguti pecahan piring itu. Seo Young menangis dalam diam dan Tae Joon membisu. Suasana benar-benar terasa menyesakkan hingga Enrique tak tahan lagi.
“Biarkan saja!!!” bentaknya. Dok Mi kaget tapi ia sadar sekarang mengapa Enrique memintanya tinggal saat ia hendak pulang. Ia ingat Enrique memintanya menemaninya karena ia akan melakukan hal yang sulit.
Enrique mengambil jaketnya dan mengajak Dok Mi keluar. Ia menyuruh Tae Joon dan Seo Young berbicara berdua. Ia menasihati Seo Young untuk berhenti mengeluh dan menangis karena pria tidak suka sikap seperti itu. Dok Mi menurut saja saat Enrique menuntunnya keluar.
Jin Rak bertanya mengapa Ryu datang ke Korea. Ryu berkata ia datang untuk belajar memasak. Ia ingin mempelajari semua masakan hebat di seluruh dunia. Ia ingin bepergian ke seluruh dunia. Selain belajar memasak, ia juga bekerja.
Dong Hoon selesai makan dan pamit duluan. Jin Rak menegurnya agar seperti Ryu yang bekerja keras mewujudkan impian, bukan keluyuran memenuhi pikiran dengan pikiran kotor.
“Pikiran kotor?” tanya Ryu bingung. Dong Hoon tak bisa menjelaskan. Ha. Jin Rak menyuruh Dong Hoon membayar makan malam mereka. Dong Hoon protes. Ryu berkata mereka bisa membayar masing-masing. Tapi Jin Rak berkeras Dong Hoon yang akan membayar karena Dong Hoon anak laki-laki satu-satunya seorang konglomerat yang pergi dari rumah untuk mengejar impian. Dia orang kaya, kata Jin Rak.
“Hah? Dia kaya?” tanya Ryu bingung.
“Dia banyak uang,” Dong Hoon menjelaskan. Ryu memasukkan dompetnya kembali.
Dong Hoon akhirnya bersedia membayar asalkan Jin Rak tidak “memukul pusarnya” saat ia kembali larut nanti.
“Pusar? Aaaah…aku tahu apa itu pusar. Tapi kenapa dia memukul pusarmu?” Ryu kebingungan.
“Itu artinya mengunci ganda…ah kau harus belajar banyak,” Dong Hoon berdiri dan pergi. Maksud Dong Hoon adalah Jin Rak tidak mengunci ganda pintu apartemen agar ia bisa tetap masuk walau sudah larut malam.
Enrique menarik Dok Mi hingga ke jalan. Dok Mi akhirnya menarik tangannya. Enrique meminta maaf dan hendak memakaikan mantel pada Dok Mi (seperti yang biasa ia lakukan pada Seo Young). Tapi Dok Mi mengambil mantel itu dan memakainya sendiri.
“Ahjumma, aku minta maaf. Aku sadar mengapa selama ini kau mengintip. Kau menyukai kakakku, kan? Sejak kapan kau menyukainya? Kakak tidak menyadari siapa kau,” ujar Enrique.
Dok Mi menyangkal dengan gugup. Enrique tak percaya tapi Dok Mi bersikeras menyangkal.
“Syukurlah kalau begitu,” kata Enrique akhirnya, “Mereka terlihat serasi, bukan?”
Dok Mi menghela nafas sedih.
“Lihat, kau menyukainya, bukan?” kata Enrique. “Aku telah mengakhiri cinta bertepuk sebelah tanganmu, kan?”
“Tidak, cinta bertepuk sebelah tanganmu yang berakhir.”
“Bukan, cinta pertamaku yang berakhir. Cinta pertamaku selama 10 tahun lebih….telah berakhir,” kata Enrique sambil tersenyum. Namun ia mengerjapkan mata agar tidak menangis.
Sedetik kemudian ia kembali menjadi Enrique yang ceria. Ia mengeluh sangat kedinginan tapi ia tidak bisa kembali ke apartemen karena tak mau mengganggu Tae Joon dan Seo Young.
Jin Rak berjalan kembali ke apartemen. Tiba-tiba ia menyembunyikan wajahnya karena melihat Enrique berlari-lari kecil diikuti Dok Mi. Hihi….dua-duanya kaya bebek tersesat^^ Jin Rak mengamati mereka dari jauh dengan rasa ingin tahu.
Tiba-tiba Enrique berhenti berlari dan membalikkan tubuhnya. Ia mengajak Dok Mi pergi minum untuk merayakan cinta tak berbalas Dok Mi dan cinta pertamanya yang telah berakhir. Dok Mi tak mempedulikannya.
Enrique terus mengoceh. Baik cinta tak berbalas maupun cinta pertama pasti ada kenangan indahnya. Mereka bisa merelakan keduanya sambil membicarakan kenangan indah itu. Sekarang ia merasa lega, segar, dan terisi kembali.
“Bohong,” kata Dok Mi dalam hati.
“Benar, itu bohong. Aku tidak sepenuhnya baik-baik saja,” ujar Enrique.
HAHA….telepatinya on lagi^^ Dok Mi menatap Enrique heran. Enrique tiba-tiba mengajak Dok Mi bepergian. Ia tidak ingin menghabiskan waktunya yang tak banyak dengan tinggal di rumah saja menatap langit biru.
Ia meminta ponsel Dok Mi. Dok Mi tidak mau memberikannya. Tapi Enrique merogoh kantung jaket Dok Mi dan mengambilnya. Sambil mengetik sesuatu, ia berkata akan membayar semua biayanya dan Dok Min tidak perlu mempersiapkan apapun. Mereka akan bertemu besok jam 9 pagi.
“Aku tidak bisa pergi,” kata Dok Mi pendek. Enrique cemberut. Ia lalu menunjukkan foto tempat yang akan mereka datangi. Namanya “Desa di ujung Dunia”. “Bagaimana jika aku ke ujung dunia sendirian dengan perasaan seperti ini dan benar-benar mengakhirinya?” guraunya.
Perkataan Enrique memicu kenangan Dok Mi akan masa lalu. Ia teringat berdiri di atas atap sekolahnya. Apakah Dok Mi pernah ingin bunuh diri?
Dok Mi marah karena Enrique dengan mudah berbicara soal mengakhiri hidup. Enrique merengek seperti anak kecil, mengajak Dok Mi pergi dengannya. Pokok ia akan menjemput jam 9 besok pagi. Ia mengembalikan ponsel Dok Mi dan menyuruh Dok Mi masuk, lalu pergi tanpa Dok Mi sempat mengucapkan sepatah katapun.
Jin Rak melihat Dok Mi masuk ke gedung apartemen mereka. Ia segera berlari menyusul. Dok Mi sama sekali tidak menyadari keberadaan Jin Rak. Bahkan saat mereka berada dalam satu lift sekalipun. Ia baru terkejut melihat Jin Rak saat ponselnya tiba-tiba berbunyi.
Keduanya saling meminta maaf.
“Seharusnya aku lebih menunjukkan keberadaanku,” kata Jin Rak. Ia menyuruh Dok Mi mengangkat telepon.
Ternyata Do Hwi yang menelepon Dok Mi. Serta merta nada suara Dok Mi berubah dingin. Do Hwi berada di mobil “Do Hwi” beserta ketiga temannya yang juga mengenal Dok Mi.
Do Hwi bertanya berapa uang sewa di apartemen yang Dok Mi tinggali sekarang. Ia ingin menyewa tempat untuk dijadikan kantor di sana.
“Tidak, aku tidak tinggal di sana. Aku tidak bisa mendengarmu karena aku di dalam lif,” Dok Mi langsung menutup teleponnya. Do Hwi terkejut Dok Mi berani mematikan teleponnya. Ketiga temannya menertawakan Do Hwi. I don’t like them at all ~,~
Dok Mi masih terpaku hingga tak menyadari telah tiba di lantai 4. Jin Rak menanti Dok Mi turun duluan tapi Dok Mi tetap diam hingga pintu menutup kembali. Jin Rak buru-buru menghalangi pintu lift dengan tangannya dan membukanya kembali. Ia mempersilakan Dok Mi keluar duluan.
Dok Mi berterima kasih dan berjalan ke apartemennya. Jin Rak sempat ragu sesaat tapi ia lalu menyusul Dok Mi dan hendak memanggilnya. Sayang…..Dok Mi terlanjur masuk. Jin Rak tersenyum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar