Jin Rak menginterogasi Do Hwi. Ia bertanya apakah Do Hwi benar-benar teman dekat Dok Mi. Do Hwi mengaku demikian. Ia pergi ke SD hingga SMA yang sama. Jin Rak masih tak percaya. Ia sudah 3 tahun tinggal di apartemen. Jika teman dekat, mengapa Do Hwi tak pernah bertemu dengan Dok Mi selama ini. Apa Do Hwi pernah menelepon atau mengirim sms?
Do Hwi beralasan ia pergi ke luar negeri dan saat ia kembali ia sibuk bekerja di mall hingga lelah fisik dan bantin. Ia tak sempat bertemu dengan teman-teman lamanya.
“Aku baru bertemu lagi dengannya kemarin, karena itu aku sangat senang. Tapi, kau bilang kau sudah tiga tahun tinggal di sini?” tanya Do Hwi penuh selidik. Jin Rak membenarkan.
Dok Mi dan Enrique telah selesai makan. Sebotol makgulli telah habis dan Enrique nampak sedikit mabuk. Dok Mi bertanya apakah Enrique mau pergi ke pantai lagi untuk menyegarkan diri setelah minum makgulli. Enrique bertanya apa Dok Mi ingin segera pulang hingga menyuruhnya menyegarkan diri.
“Kau begitu suka berada di rumah? Bukankah menyesakkan tinggal di dalam ruangan sepanjang waktu? Bukti keberadaan manusia di dunia adalah mereka mencuci muka saat bangun pagi dan sambil berjalan-jalan mereka memberikan aroma pada dunia ini. Apa kau pernah mendengar perkataan ini? Tapi mengapa kau menganggap pergi ke luar itu menakutkan? Atau kau tak suka cuci muka?”
Dok Mi awalnya diam saja tapi ia lalu menjawab, “Tidak menyesakkan. Aku menyukainya dan merasa damai di dalam tempat kecilku. Aku menyukainya.”
Do Hwi bertanya apakah Jin Rak pembuat manga. Jin Rak berkata hal itu tidak mudah. Do Hwi mengira yang dimaksud Jin Rak adalah tidak mudah membuat manga. Tapi Jin Rak malah membicarakan Dok Mi lagi.
Do Hwi bertanya apakah pekerjaan Jin Rak hanya membuat manga, tak ada yang lain? Jin Rak berkata jika ia mulai membuat webtoonnya maka tidak akan ada waktu yang cukup. Mungkin maksud Jin Rak adalah tidak ada waktu yang cukup untuk melihat Dok Mi.
“Webtoon? Jadi kau memiliki pekerjaan lain dan manga hanyalah sebuah hobi?” tanya Do Hwi penuh harap. Jin Rak menatapnya tanpa ekspresi. Do Hwi mencoba mengajak Jin Rak makan malam. Tapi Jin Rak menyuruh Do Hwi menelepon Dok Mi lagi.
Do Hwi tak tahan lagi dan hendak pergi kelluar. Jin Rak menahannya tapi saat ia hendak memanggil Do Hwi, lagi-lagi ia lupa namanya. Jin Rak berkata ia hendak menawari Do Hwi minum teh, jadi bagaimana jika Do Hwi mencoba menelepon Dok Mi kembali. Do Hwi mengangguk.
Enrique dan Dok Mi kembali ke pantai. Istana pasir Enrique masih berdiri. Enrique berlari-lari mengelilingi Dok Mi lalu mengelilingi istana pasirnya hingga terjatuh. Berikutnya ia melempari istana pasirnya dengan pasir. Aktif banget >,<
“Aku menarik perkataanku kemarin,” katanya pada Dok Mi. Ia merasa tidak tepat mengatakan kalau cinta berakhir maka semua telah selesai. Ia berkata berakhirnya cinta artinya bisa menyambut kesempatan berikutnya. Pada akhirnya semua akan menemukan jalannya.
Dok Mi hanya diam mendengarkan. Enrique kembali berlari-lari mengelilingi istana pasirnya.
“Ahjumma ahjumma ahjumma, sepertinya melihat laut telah membuka hatiku dan aku merasa lebih baik. Hatiku lebih terbuka.”
Dok Mi diam saja. Ia melihat ponselnya yang berdering. Enrique bertanya mengapa Dok Mi tak mengangkat ponsel. Ponselnya telah berdering seharian. Enrique pura-pura kaget melihat sesuatu lalu memencet tombol ponsel Dok Mi hingga Dok Mi terpaksa menjawab. Tentu saja itu Do Hwi.
Mendengar Do Hwi menyebut nama Dok Mi, ia segera duduk di dekat Do Hwi. Do Hwi bertanya Dok Mi berada di mana. Ia memberitahu kalau ia datang berkunjung dan itu adalah kejutan.
Dengan dingin Dok Mi berkata Do Hwi tidak tahu di mana tempat tinggalnya. Do Hwi menyebutkan alamat Dok Mi dengan tepat. Ia bertanya kapan Dok Mi akan pulang.
“Katakan padanya kau akan tetap di sini hingga ia pulang,” bisik Jin Rak pada Do Hwi. Do Hwi berkata pada Dok Mi kalau ia tak akan pulang sebelum Dok Mi kembali. Dok Mi berkata ia berada jauh dari rumah jadi Do Hwi jangan menunggunya. “Mari kita tetap saling tak mengenal,” ujar Dok Mi. Ia lalu menutup teleponnya.
Do Hwi tak menunjukkan reaksi apa-apa atas perkataan Dok Mi. Ia malah lebih bereaksi saat tahu Jin Rak duduk di sebelahnya. Ia memberitahu Jin Rak kalau Jin Rak pergi jauh dari rumah. Jin Rak terkejut.
“Apa itu artinya ia tidak akan pulang malam ini? Apa masuk akal dia tinggal semalaman di luar sana dalam dunia yang mengerikan ini? Telepon dia lagi dan tanyakan dia di mana. Aku mengenalnya karena selama beberapa tahun ini aku mengawasinya. Dia jelas bukan orang yang akan menginap semalaman di luar sana,” Jin Rak mengoceh panjang lebar.
Do Hwi berkata sebagai teman Dok Mi ia memilih Dok Mi yang memiliki alasan untuk tinggal semalaman di luar daripada Dok Mi yang tak pernah keluar selama bertahun-tahun. Hmmm…interesting…
“Omong kosong apa itu?!!” bentak Jin Rak. Do Hwi terlonjak kaget. Jin Rak tersadar dan meminta maaf karena bicara tanpa berpikir. Do Hwi tertawa pahit.
Jin Rak bertanya-tanya apakah Dok Mi sedang dalam bahaya. Do Hwi berkata kedengarannya tidak seperti itu. Ia lalu mulai mengeluarkan jurus-jurusnya lagi dengan pura-pura demam agar Jin Rak membuatkan teh untuknya.
“Ia bilang tak akan pulang semalaman…apa kau akan tetap menunggu di sini? Aku mau pergi,” kata Jin Rak. Mwahahahaha….ngga akan bosen liat Do Hwi kecele^^
Dong Hoon hendak membuka pintu apartemen saat seorang pria datang membawa surat pengadilan. Dong Hoon kaget, apa mereka dituntut karena kasus plagiat? Pria itu berkata hanya Oh Jae Won yang bisa menandatangani surat itu. Wait…Oh Jae Won? Orang yang dicari Do Hwi?
Dong Hoon berkata tidak ada orang yang bernama Oh Jae Won di apartemen ini. Tepat saat itu Jin Rak dan Do Hwi keluar. Dong Hoon kaget melihat keduanya dan berpikir Jin Rak sengaja menyuruhnya keluar agar bisa bertemu dengan Do Hwi. Jin Rak menegurnya, ia menjelaskan kalau Do Hwi mencari Dok Mi tapi Dok Mi tak di rumah. Ia lalu mempersilakan Do Hwi pergi.
“Apakah Anda Oh Jae Won?” tanya si petugas. Mendengar nama itu disebut, Do Hwi berhenti berjalan. Dong Hoon berkata tidak ada yang bernama seperti itu. Do Hwi sudah pergi saat tiba-tiba Jin Rak mengaku dia adalah Oh Jae Won.
Petugas itu ingin melihat KTP Jin Rak. Jin Rak menyerahkan KTPnya. Do Hwi ternyata belum pergi. Ia sengaja menahan pintunya hingga petugas itu datang. Saat petugas itu naik ke lift, ia bertanya apakah sudah memeriksa KTP Jin Rak. Petugas itu bengong melihat gadis sekeren Do Hwi tapi sikapnya mirip preman. Do Hwi dengan galak bertanya apakah orang itu Oh Jae Won. Dengan gugup petugas itu mengangguk. Do Hwi tersenyum puas.
Jin Rak membuka surat itu. Dong Hoon agak kesal Jin Rak selama ini membohonginya. Ia pikir Jin Rak memalsukan nama aslinya agar tidak tertangkap saat dituduh melakukan plagiat. Bukankah ia berhak mengetahui nama Jin Rak yang sebenarnya?
Jin Rak menunjukkan surat pengadilan itu pada Dong Hoon. Ternyata itu surat ganti nama yang telah disetujui pengadilan. Sekarang namanya benar-benar Oh Jin Rak.
Dong Hoon membaca surat itu. Ia bertanya mengapa Jin Rak mengubah namanya. Jin Rak berkata ia bukan penjahat jadi Dong Hoon tak perlu takut. Meski Dong Hoon sangat penasaran, ia tidak boleh bertanya apapun soal ini. Dong Hoon menutup mulutnya rapat-rapat. Tapi ia pasti masih penasaran…..aku juga >,<
Hari sudah malam ketika Dok Mi dan Enrique keluar dari warung nenek. Nenek berkata ia selalu mendapati pasangan anak muda seperti keduanya dan ia selalu menjawab dengan jawaban yang sama: tidak ada lagi bis ke Seoul jadi mereka harus menginap.
Enrique berkata jika Dok Mi berkeras maka tak ada pilihan kecuali mengendarai dalam keadaan mabuk. Hanya saja ia bukan ornag yang boleh mendapat masalah dalam media (seleb gitu lho^^). Jadi mereka harus menunggu beberapa jam lagi. Nenek memiliki jalan keluarnya: ada kamar yang bisa disewakan.
Setelah demo hari ini, Jin Rak tak langsung kembali ke apartemen tapi melihat ke atas, ke apartemen Dok Mi. Ia menegur Dong Hoon yang tidak mematikan lampu sebelum pergi. Apakah Dong Hoon tidak membaca tips hemat Dok Mi?
Bagian yang Dong Hoon ingat hanya bagian kencing. Jin Rak mengomelinya dan menendang kakinya, bagaimana bisa hanya bagian itu yang Dong Hoon ingat. “Dasar jorok,” omelnya. Poor Dong Hoon >,<
Nenek mengantar Dok Mi dan Enrique ke kamar yang ia sewakan. Ia berkata setidaknya kamar itu lebih baik daripada kedinginan di dalam mobil. Hal seperti ini selalu terjadi pada malam tahun baru.
“Benarkah? Aneh sekali, tempat ini tidak mudah ditemukan,” kata Enrique.
“Para roh yang menarik kalian,” kata Nenek itu pelan.
Dok Mi langsung menoleh ke kiri dan ke kanan. Enrique diam mematung mendengar perkataan nenek tadi. Hiiiiy^^
Jin Rak mencari di internet “apa alasan seorang gadis menginap di luar rumah?”.
Jawabannya: ‘mungkin dia melarikan diri dari cintamu?’ ’mungkin ia ingin menjadi pertapa’ ’dia tak menyukaimu’ ’dia ingin melarikan diri darimu’ ‘dia menipumu!’. Jin Rak kesal membacanya. Memangnya di dunia ini tidap ada lagi yang suka dengan kejujuran? Dong Hoon dan Ryu prihatin melihatnya.
Dong Hoon bertanya mengapa Jin Rak bersikap seperti ini, wanita memang cenderung histeris dan suka mengoceh. Ia menyarankan agar Jin Rak makan lebih dulu. Jin Rak terpaksa menurut.
Dong Hoon menyarankan agar Jin Rak mencoba berkencan. Ia dengar Jin Rak belum pernah mencium seorang gadis sekalipun. Ia berkata tipe Do Hwi lebih mendekati tipenya tapi Do Hwi jelas menyukai Jin Rak.
“Matanya langsung bersinar saat melihatmu. Standarnya mengenai pria cukup rendah.”
“Jika dia tipemu, mengapa kau tak mengejarnya? Kudengar ia pindah ke apartemen kita.”
Dong Hoon bertanya kalau begitu apa tipe gadis yang disukai Jin Rak.
Dok Mi dan Enrique menghangatkan diri di dekat tungku. Enrique bertanya apa Dok Mi tidak suka dipanggil ‘ahjumma’. Dok Mi berkata ia tidak terlalu memikirkannya. Enrique bertanya apa pekerjaan Dok Mi. Dok Mi menjawab ia seorang editor, yang mengedit buku sebelum diterbitkan.
“Wah, kalau begitu kau tahu banyak kata-kata sulit.”
“Tidak juga, kadang-kadang aku menggunakan kamus.”
“Benarkah? Aku pintar berbicara tapi aku tidak pandai menulis,” kata Enrique.
Dok Mi hendak meminta maaf lagi, gara-gara kebohongannya maka mereka terjebak di sana. Enrique berkata ia juga berbohong jadi Dok Mi tak perlu meminta maaf. Mereka telah berbohong satu sama lain.
“Kau bohong apa? Dan mengapa kau berbohong? Aku sudah memberitahumu alasanku berbohong,” kata Dok Mi.
“Go Dok Mi-sshi (ini pertama kalinya Enrique memanggil Dok Mi dengan nama, biasanya dengan sebutan ‘ahjumma’), mengapa kau meninggalkan bangunan yang hangat untuk duduk di bangku taman, gemetar kedinginan sendirian?” Enrique balik bertanya. “Daripada bertemu dengan orang, kau memilih mati beku? Apa kau begitu takut dengan orang? Saat melihatmu tidur di mobil, aku sadar aku tidak ingin mengantarmu pulang. Karena jika aku melakukannya, tanpa ragu lagi kau akan kembali bersembunyi. Jika kau begitu takut dengan orang, mengapa kau tak mencoba mendekati dunia terlebih dulu? Aku yakin jika kau melakukannya, kau akan menemukan kalau kau mampu berdiri di tengah mereka. Sampai aku kembali ke Spanyol, aku akan membawamu berkeliling dan memperlihatkan padamu dunia ini.”
Dok Mi diam saja selama mendengar perkataan Enrique. Lalu ia meminta Enrique membantunya dalam satu hal. Enrique berkata ia akan mengabulkan apapun permintaan Dok Mi.
“Setelah kita kembali ke Seoul. Bisakah kau tak mengenalku lagi? Walau kita tak sengaja bertemu lagi, bisakah kau berjalan tanpa mengenaliku?” tanya Dok Mi.
Enrique tertegun sesaat. Ia berkata apakah tidak terlalu kejam Dok Mi bersikap seperti itu saat tahu bagaimana keadaannya. Dan lagi mereka sudah sangat saling mengenal.
“Karena kau terlalu mengenalku, aku merasa tak nyaman. Itulah sebabnya aku tak menyukainya.” Ouchh…
“Apakah itu mungkin? Bagaimana bisa kita tidak saling mengenali padahal kita sudah saling mengenal? Bukankah itu artinya pengecut?”
“Jangan berbicara seakan kau mengenalku padahal kau baru mengenalku beberapa hari. Kau tidak tahu siapa aku. Aku tahu kita tidak akan bertemu lagi, kalaupun iya, abaikan saja aku.”
Enrique cemberut. Ia tak mengira Dok Mi bisa berbicara sekejam itu padanya. Dok Mi juga mengetahui banyak hal tentangnya, lalu apakah ia juga harus merasa tak nyaman dengan kehadiran Dok Mi?
“Baiklah, kalau begitu daripada mengatakan kita tak kenal satu sama lain, anggap saja kita tidak pernah bertemu, bagaimana?” Enrique bangkit berdiri dan pergi.
“Seorang wanita yang tahu untuk mengalah. Seorang wanita yang bisa mengucapkan maaf terlebih dulu. Dan wanita yang tidak serakah. Wanita yang jujur walau tak ada seorangpun yang melihat,” kata Jin Rak.
“Omong kosong apa ini? Apa tipemu pemenang hadiah Nobel?”
“Wanita seperti itu memang ada. Apa yang diketahui pemuda sepertimu?”
“Apanya yang aku tidak tahu? Wanita seperti 402? Hyung, jangan-jangan kau benar-benar menyukai wanita itu?” tanya Dong Hoon tak percaya. Jin Rak tak menjawab tapi pandangan matanya menjawab segalanya.
Enrique duduk di mobilnya, memandangi foto-foto Dok Mi di kameranya. Ia menghela nafas lalu tersenyum. Entah mengapa aku merasa senyumnya agak dipaksakan.
“Apa yang sebenarnya? Katakan sejujurnya. Saat seseorang menanyakan hal itu padanya, ia selalu menutup mulutnya rapat-rapat. Kebenaran adalah sesuatu seperti sepotong permen atau coklat saat bungkusnya dibuka. Sama seperti kulit dibutuhnkan untuk melindungi daging dan darah di bawahnya, sebuah kebohongan diperlukan untuk menutupi kebenaran. Daripada tetap jujur dan memperlihatkan seluruh lukanya, memasang senyum cerah di wajahnya dan berbohong….terasa lebih aman baginya,” ketik Dok Mi di ponselnya.
Tiba-tiba lampu di kamar itu padam lalu menyala kembali. Padam…nyala…padam…nyala…. Dok Mi mulai ketakutan. Ia teringat perkataan si nenek mengenai para roh yang menarik mereka ke tempat ini. Serta merta Dok Mi menjerit sekeras-kerasnya.
Enrique terbangun mendengar jeritan Dok Mi. Ia langsung berlari menuju kamar. Ia membuka pintu, menabrak Dok Mi yang sedang berlari keluar. Saat lampu menyala, keduanya kaget karena mereka berada di lantai dengan bibir bersentuhan. Accidental kiss :D