Kamis, 14 Juni 2012

Cinta Dibalik Kertas Tua


“Wahhh…semua rata dengan tanah.”Anak anak TK Ceria.Mereka menampakkan ekspresi yang bagus sesuai arahan para awak televisi yang meliput kegiatan mereka.
“Beberapa belas tahun yang lalu disini berdiri sebuah sekolah akademi musik.Tepatnya sekolah itu hancur karena gempa dengan kekuatan yang mencapai 8 sekala ricther .”Ulas bu guru menjelaskan pada anak anak yang berkunjung kesekolah itu.
“Lalu apakah sejak saat itu tak ada yang tinggal di tempat ini lagi bu?”Ujar salah satu anak.
“Hampir selulruh kota kecil ini hancur.Dan semua yang selamat memilih meninggalkan kota yang banyak menyimpan kenangan bagi mereka.Mungkin mereka tak mau bersedih terlalu lama.”Jelas buguru.
Tampak sekali bahwa bangunan ini sangat luas.Tapi semua menjadi satu dengan tanah.Puing puing masih terjaga dari jamahan tangan tangan nakal.Rombongan itu berjalan menyusuri puing puing yang tersusun serak di tanah.
“Bu guru itu apa?”.Ujar bocah manis berkepang dua.
“Itu mungkin sebuah piano yang tertimpa reruntuhan”.
“Bolehkah kita melihatnya?”.
“Baiklah.”
Beberapa anak segera berkumpul untuk melihat piano tua itu.Begitu klasik,warna yang indah dengan tuts yang terlihat sempurna tanpa cacat.Piano.Para awak membantu menyingkirkan reruntuhan yang menimpa piano tersebut.Dan membenarkan posisinya.
“Wahh…(Decap kagum anak anak itu).”
Hebat!Pululan tahun pun tak sanggup membuat piano itu rusak.Tak sedikitpun nada yang hilang dari piano itu.Bahkan setelah sekian lama tak ada yang memainkan lagi tuts tuts itu.Ada yang tersangkut di sela sela ketukannya.Buguru itu lalu mengambil beberapa helai kertas yang tersangkut di balik piano itu.Di bacanya satu persatu.Sungguh kisah yang indah,juga melodi yang lembut.
*
“Kau sedang apa?”Ujar Michio.
“Ingin menciptakan satu lagu.”Ujar Joey.
“Sungguh.Ingin menjadi pemusik sejatikah?.”
“Tentu.”
Lorong lorong waktu terasa melambat saat virus itu membisikkan cinta pada insan yang menyapanya.Petikan senar,sentuhan tuts tuts,gesekan violin damaikan jiwa pendengarnya.Bisikan peri peri kecil dengan panah mungil ramaikan suasana hati yang merah muda.
*
“Tolong tinggikan sedikit volume TV itu.”Ujar seorang nenek pada perawatnya disebuah panti jompo.
“Baiklah nek.Apakah sudah cukup?.”
“Ya.”
Anak laki laki itu memainkan sebuah lagu yang tertulis dalam helai kertas lusuh itu.Begitu indah,sangat bagus dan datangkan damai bagi pendengarnya.Bait demi bait tanggga nada itu dimainkan dengan baik.Oh sunggguh,sangat indah.

… … … …(Alunan melodi piano)
Prok…prok…prok…
Tepukan tangan itu mengakhiri pertunjukan salah satu murid laki laki diakademi musik itu.Para hadirin berdiri memberikan penghargaan.Tampak wajahnya penuh dengan rona bahagia.
“Pertunjukanmu bagus.”
“Terimakasih.Lagu itu lagu yang kutulis untukmu.”
“Benarkah?.”
“Sungguh.Kau suka?.”
“Ya.Aku suka.”
Berapa lama lagi waktu akan tetap seperti ini.Sangat ingin seperti ini seterusnya.Sungguh.Detik yang berjalan slalu sangat indah.Seindah kedipan bintang,selembut senyum terbaik miliknya.
*
(Alunan piano)
Dari kejauhan seseorang memandang lekat wajah pemuda pemain piano itu.
’Wajahnya begitu damai dalam nada itu.Tak terpancar pedih walau disela senyum terdapat isak hati.Ingin saling melengkapi.Bagai tuts tuts itu.’
“Kau memata-mataiku?.Benarkah begitu?.Ayo kemari!.”
(Tersentak)
“Ti..Tidak.”
“Lalu?Sedang apa?Bukankah kau dihukum guru Ma karena tidak menyelesaikan lagumu?.”
“Ya.Tapi aku tidak ingin memata mataimu dan bermaksud menyontek lagumu.”
“Baguslah.Karena aku membencinya.”
“Baiklah aku pergi.”
“Hey.(Meraih tangannya) Siapa yang menyuruhmu pergi?.”
“Bukankah kau tak ingin melihatku disini.?”
“Aku tak bilang begitu.Duduklah.Kubantu kau menyelesaikan tugasmu.”
“Benarkah?Kau tidak bohong?.”
“Untuk apa?Dasar bodoh.Lagu seperti ini saja tidak bisa kau selesaikan dengan benar.”
Gadis itu tersenyum.Hatinya bertambah merah muda saat itu.Lalu wajahnya berubah kelabu.
“Ada apa?.”Ujar pemuda itu.
“Aku harus pindah.Ada orang tua yang akan mengadopsiku,dan mereka tinggal diluarkota.”
“Oh.Benarkah?”Pemuda itu menunduk.
“Ya.”
*
Sejak saat itu hari hari merah muda memudar bahkan berubah kelabu.Dentingan itu terus mengalun.Namun kini berlagukan kesedihan.
Gemuruh langit menghentakkan semua penghuni akademi. Gedung bergoyang kekiri kekanan.Satu satu bangunan runtuh,rata dengan tanah.Semua berlari menyelamatkan diri.Teriakan teriakan terdengar diselulur penjuru tempat itu.Malam menjadi muram Seseorang terjebak didalam ruangan dengan memeluk pianonya.Dia tidak berusaha menyelamatkan diri.Dan dia pun terlelap dalam tidur panjangnya malam itu.Beberapa tangis terdengar pilu.Tubuh tubuh tanpa nyawa bergelimpangan di bawah puing puing itu.Seketika tempat itu berubah menjadi sangat sendu.

(Dentingan piano itu berakhir)
Prok…prok…prok…
“Bagus sekali sayang.Kamu seperti seorang pianis yang hebat.”Ujar buguru.
“Terima kasih bu.Tapi yang hebat itu kakak penulis lagu ini.”
“Mengapa?.”
“Lagunya sangat bagus.Pasti ditunjukan untuk orang yang dicintai.Benarkan bu guru?.”
“Ya.Sepertinya begitu.Bukankan lagu ini lagu yang indah anak anak?.”
“Ya buguru…”Jawab mereka serentak.
“Oh! Disini tertulis ‘Michio Aku selalu mencintaimu’ . Pasti lagu ini untuk gadis yang bernama Michio. Dia gadis yang beruntung, dan penulis lagu ini pasti seorang pria yang baik.”
“Dan pasti seorang pemuda yang tampan.”Ujar seorang gadis kecil. Semua tersenyum mendengar kelakar gadis kecil itu.
“Baiklah sebaiknya piano dan kertas nada ini di simpan dimusium kota.Untuk mengenang pristiwa beberapa belas tahun lalu. Nah anak - anak, mari kita berjalan ketempat yang lain.Biar para kakak ini yang mengurusnya.”
“Baik buguru.”

*Ditempat yang lain.
Nenek Mi meneteskan air mata menyaksikan acara tv itu.
“Nenek Mi? Mengapa nenek menangis?”
“…Aku hanya berfikir,Seandainya aku tidak pergi, mungkin aku akan bersamanya disurga saat ini.”Ujar nenek Michio yang akrab di panggil nenek Mi oleh para perawat panti jompo.
Semua hening…


Ini cerpen pertama yang aku post.. ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar